PENDIDIKAN UNTUK PERADABAN INDONESIA YANG UNGGUL
oleh
AMRULOH
Menurut Program for internasional assesment (pisa) 2012, indonesia menempati urutan terendah dalam dunia Pendidikan.
Hari pendidikan Nasional (HARDIKNAS)
2014 yang jatuh pada hari ini Jum’at 02
mei 2014 bukan hanya sekedar peringatan
hari dimana lahirnya Bapak Soewardi atau lebih dikenal Ki Hajar dewantara.
Tahun ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan , Mohammad Nuh Mencetuskan tema “PENDIDIKAN UNTUK PERADABAN INDONESIA YANG
UNGGUL”. Pada tanggal 02 Mei setiap tahunnya, kita mengenal kelahiran Ki
Hajar Dewantara sebagai perintis Pendidikan Nasional. Jasa beliau sebegitu
besarnya sehinngga Soekarno memberikan gelar Bapak pendidikan dan ditetapkannya
tanggal 02 Mei sebagai Hari pendidikan Nasional. Ki Hajar Dewantar senantiasa
menggunakan kebebasan belajar kaum pribumi, hingga tahun 1882 tercetuslah untuk
pendirian taman siswa (lembaga pendidikan saat ini).
Perguruan
Taman Siswa sendiri merupakan lembaga pendidikan yang yang membuka kesempatan
bagi 0rang pribumi dari kalangan bawah untuk mendapatkan pendidikan dan ilmu
yang layak. Pendidikan tidak hanya untuk kaum priyayi dan berduit dan mempunyai
sawah luas, dan orang belanda saja. Dengan demikian ilmu bukan hanya milik kaum
elite, melainkan milik semesta dan bisa dipergunakan untuk semesta pula.
Peringatan
HARDIKNAS hendaknya digunakan sebagai momentum demi memperkokoh kesadaran
bangsa tentang pendidikn yang bermutu. Menteri pendidikan dan kebudayaan
mengartikan bahwa “pendidikan untuk peradaban indonesia yang unggul”,
pencanangan ini akan membuat bangsa indonesia sadar bahwa pendidikan bukan haya
membahas masalah kekinian yang bsifatnya teknis, namun lebih pada pendidikan
digunakan sebagai sarana untuk memanusiakan manusia demi membangun bangsa yang
unggul.
Namun
seiring berjalannya waktu, mutu pendidikan di indonesia mengalami tamparan
keras, lembaga pendidikan sebagai ruang dan wahana untuk belajar telah
tercoreng dengan adanya perilaku tak manusiawi perangkatnya. Instansi
pendidikan tinggi sebagai laboratorium belajar menjadi ajang senioritas dan
ajang premanisme pendidikan. Kita mengetahui kejadian di sekolah Jakarta
International school, pencabulan dan sodomi terhadap murid yang masih berusia
dini. Ospek diperguruan tinggi yang menelan korban karena senioritas yang
tinggi dan tak ada moral pendidikan. Kampus STIP pun juga sama. Seakan dunia
pendidikan disambar petir karena tak mampu mencetak pionir pionir generasi
bangsa yang mampu membangun negeri.
pendidikan dalam
sekolah maupun perguruan tinggi seharusnya mampu mencetak generasi yang
mempunyai moral baik, dan bukan justru moral pendidik yang bobrok.
menurut Cendekiawan indonesia, Anies Baswedan dalam akunt Twitternya
mengatakan " yang bertanggung jawab terhadap pendidikan secara
Konstitusi adalah Pemerintah, namun secara Moriil yang bertanggung jawab
adalah orang orang terdidik", tukasnya. ada EMPAT PILAR PENDIDIKAN
menurut UNESCO MDG’s
bidang pendidikan yaitu: 1) Learning to know mengetahui. Guru sebagai
fasilitator. 2)Learning to do melakukan sesuatu. Prasarana
tersedia.3) Learning to be menjadi sesuatu (seseorang). 4) Learning to live together menjalanikehidupan
bersama
Mencermati
sistem pendidikan nasional Indonesia ternyata juga belum mampu menjawab dampak
adanya globalisasi, kurikulum yang masih rendahan dan ternyata masih mempunyai
kelemahan,tidak adanya relevansi antara pendidikan dan dunia kerja, kemerosotan
moralitas masyarakat (hilangnya budi pekerti) serta tak ada transparansi dana pendidikan.
Ini semua adalah tanyangan bagi penyelenggara pendidikan. Kita semua berharap,
instansi pemerintahan, lembaga pendidikan, pengajar, guru dan mahasiswa agar
indonesia menjadi pionir bagi bangsanya sendiri dalam masalah pendidikan, bukan
sebaliknya pendidikan telah mencetak moral hewan. sebagai mahasiswa berharap
rwalisasinya amanah UUD 1945 untuk memenuhi 20 % anggran pendidikan,
memperbanyak program beasiswa dan memberikan perhatian yang tinggi bagi
pengembangan riset dan alih tehnologi. Pembangunan Indonesia harus terus
ditingkatkan, meningkatkan infrastruktur dan suprastruktur pendidikan. Dalam
dunia pendidikan wajib adanya pemerataan IT sehingga peserta didik tak gaptek.
Sekiranya juga pemerintah wajib mencanangkan program Life skill, memberi nilai
tambah pada kompetensi standar lulusan, kemampuan sikap dan jiwa serta nilai
kepemimpinan. Pemerintah mampu memasyarakatkan Budaya berprestasi (Achievement Culture) , budaya yang
didasarkan pada dorongan individu , ekspresi diri dan independensi keilmuan.
Dan seua amanah pendidikan ini untuk National
Character Building yang artinya pendidikan melalui pembagunan indonesi yng
berlandaskan pada nilai luhur moral kebudayaan nasional sebagai identitas bagsa
yang dioperasionalkan melalui sistem pendidikan yang mencerdaskan kehidupan
bangsa dan melahirkn manusia-manusia indonesia yang unggul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar